Selasa, April 28, 2009

Menjadi Muslimah yang Berdaya



Tampaknya ada resep gampang untuk membuat tekanan darah jadi tinggi dan kepala mendadak cekot-cekot. Tiap hari pukul 18.00 sampai 19.00, sempatkan sejenak untuk menonton dengan manis sinetron Muslimah di Indosiar. Jika bisa bertahan lebih dari 5 scene saja tanpa rasa eneg, berarti HEBAT! Lanjutkan dengan menyaksikan Hareem –sekarang berjudul Inayah- pada pukul 20.00 hingga 21.00 pada channel yang sama. Luar biasa memang sinetron-sinetron kita itu.

Banyak sekali yang mencurigai ada grand design mendiskreditkan Islam oleh dua tayangan tersebut. Sebutlah Muslimah: sudahlah judulnya membawa-bawa Islam, dengan penokohan menggunakan atribut-atribut keislaman secara jelas, namun isinya hanyalah bermuatan kesirikan, kekerasan yang amat vulgar, dan ketololan-ketololan yang tak masuk akal. Pendeknya tayangan ini amat meremehkan intelektualitas karena semata-mata berisi parade kebodohan dan kenaifan yang sangat tidak mencerminkan nilai-nilai Islam, bahkan nilai-nilai universal kemanusiaan. Tayangan ini bukan hanya tidak islami tapi sudah tidak manusiawi, bukan hanya tidak mendidik tapi sudah menyesatkan, bukan hanya tidak bermutu tapi memang amat kacangan. Bikin emosi panas aja deh kalo nekat mantengin sinetron-sinetron ini.


Sebenarnya yang paling bikin emosional itu terutama bukan karena kekejaman tokoh-tokoh antagonisnya, melainkan kebodohan sang tokoh utama (yang namanya Muslimah) dalam menerima kedzoliman demi kedzoliman yaitu dengan caranya yang sungguh mantap: menangis tersedu-sedan dengan wajah tidak berdaya, yang makin menegaskan penempatannya sebagai korban dari segala situasi buruk yang memojokkannya. Cape deehh.. Saya paling sensitif dengan pencitraan wanita Islam yang dungu, dangkal dan terdzolimi, yang cuma jadi bulan-bulanan dan warga negara kelas dua. Padahal para sahabiyah 14 abad yang lalu terkenal dengan reputasi hebatnya sebagai wanita-wanita kuat yang berfastabiqul khoirot, tidak hanya menjadi istri dan ummahat yang mencetak generasi unggul, tapi juga merupakan bagian dari masyarakat yang punya peran signifikan terhadap kemaslahatan umat. Pendeknya sosok muslimah yang sebenarnya adalah representasi citra wanita yang berdaya (powerful), bukannya lemah dan tertindas. Ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari terinternalisasikannya nilai-nilai spiritual yang diyakininya.

Maka wajar saja jika banyak yang gregetan dengan tayangan Muslimah itu dan menuntut KPI untuk bertindak tegas. Termasuk sinetron Hareem yang juga merepresentasikan kehidupan orang Islam yang menyeramkan, dan menurut MUI berindikasi melecehkan agama. Untungnya, pada Senin (31/3) lalu KPI telah menetapkan enam sinetron bermasalah untuk diperingati, yaitu: Suami-suami Takut Istri, Muslimah, Abdel dan Temon, Alisa, Tawa Sutra, Monalisa, dan Hareem. Sinetron-sinetron ini dinyatakan telah melanggar Undang-undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Saya pikir tayangan-tayangan bermasalah itu akan dihentikan, tapi ternyata nggak, backingnya kuat kali yaaa. Cuma bedanya, kini Hareem muncul dalam versi baru: menanggalkan atribut-atribut keislamannya hingga tampak seperti sinetron drama biasa tanpa mengatasnamakan Islam. Romo tampil tidak lagi dengan gamis putihnya, istri-istrinyapun pada melepaskan jilbab, dan anak laki-lakinyapun tidak lagi mengenakan peci putih seperti biasanya. Terkesan agak maksa memang, tapi rupanya Soraya Intercine Film lebih bela-belain skenarionya tetap jalan dan mengadaptasi nuansa keislamannya saja biar MUI nggak ribut-ribut.

Fenomena tayangan-tayangan payah ini juga ternyata disoroti oleh Yayasan Sains dan Estetika (SET), Yayasan Tifa, dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) yang mengadakan penelitian bertema "Menuju Televisi Ramah Lingkungan" untuk menjaring penilaian kelas berpendidikan tentang kualitas program televisi. Dari 220 responden yang diteliti, sebagian besar adalah sarjana. Hasil penelitiannya menghasilkan 5 program terbaik: Kick Andy (22,3 persen), Seputar Indonesia (3,6 persen), Liputan 6 Petang (3,2 persen), Jejak Petualang (3,2 persen), dan Jalan Sesama (2,7 persen). Bagaimana dengan ‘penghargaan’ untuk program-program terburuk? Seperti bisa ditebak, Sinetron Muslimah adalah juaranya, disusul Sitkom Suami-suami Takut Istri, FTV Drama Indosiar, Bukan Empat Mata, Dangdut Mania Dadakan IV, dan Sinetron Cinta Fitri 3. sedangkan program terbaik di tiap stasiun televise adalah: Trans 7: Bocah Petualang (20%), TransTV: Bioskop TransTV (17%), MetroTV: Kick Andy (36%), ANTV: Tawa Sutra (19%), TVOne: Apa Kabar Indonesia Malam (21%), TPI: Lintas 5 (11%), Global TV: MTV Ampuh (19%), SCTV: Liputan 6 Petang (45%), RCTI: Seputar Indonesia (49%), Indosiar: Mamah dan Aa (15%), TVRI: Dunia Dalam Berita (26%).

Saya mengkuatirkan efek tayangan-tayangan ‘bodoh’ dan ‘membodoh-bodohi’ seperti sinetron Muslimah bagi masyarakat awam. Bisa jadi ini dianggap representasi dari nilai-nilai Islam hingga meningkatkan Islamophobia dan misinterpretasi banyak orang terhadap Islam yang hakiki. Bisa jadi aturan-aturan Islam dianggap tidak memberikan ruang yang kondusif bagi wanita hingga menempatkannya sebagai pihak yang termarjinalkan ditengah-tengah masyarakat, padahal andai kita memahami bagaimana Islam memuliakan wanita, mungkin laki-laki akan banyak yang iri hati karena keistimewaan yang dimiliki wanita.

Mari kita lihat bagaimana para Muslimah yang sebenarnya mengukir sejarah!

Asy-Syifa’ binti Al Harits, disebut sebagai seorang guru (ulama) wanita pertama dalam Islam. Ia mengajar membaca dan menulis, dan ahli ruqyah (pengobatan), bahkan Khalifah Umar bin Khattab sering meminta pendapatnya tentang urusan agama dan dunia.

Ummu Hani’ binti Abi Thalib Al Hasyimiyyah, tersohor sebagai penunggang unta yang hebat, periwayat dan pengajar hadits hingga akhir hidupnya. Namun karena baiknya perlakuannya terhadap keluarganya, Rasulullah SAW memujinya sebagai perempuan penyayang keluarga.

Hafsah binti Umar bin Khattab adalah sosok pemberani dan berkepribadian kuat serta pandai membaca dan menulis –yang ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh perempuan. Hafsah adalah orang yang pertamakali diperintahkan oleh khalifah Abu Bakar Siddiq untuk mengumpulkan mushaf asli Alquran.

Nama Khadijah binti Khuwailid takkan mungkin untuk tidak disebut. Sebagai pebisnis kaya raya, wanita terbaik di dunia ini mendukung perjuangan Rasulullah SAW dengan sepenuh jiwa raganya. Dialah sosok wanita sejati yang menenangkan Rasul di masa-masa sulitnya.

Wanita hebat yang tangguh juga didapati pada sosok Ummu ‘Umarah, yang bersama suami dan kedua puteranya ikut dalam perang Uhud yang berlangsung dahsyat. Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Ummu ‘Umarah justru mendekati Rasulullah bermaksud melindunginya dengan menggunakan pedang. Namun ia justru terkena sabetan pedang berkali-kali oleh musuh hingga lukanya baru sembuh setelah setahun. Pada masa Khalifah Abu Bakar Siddiq, Ummu Umarah juga ikut memerang Musailamah Al-Kadzhab si nabi palsu, hingga Ummu ‘Umarah terpotong tangannya dan kehilangan puteranya.

Tentu saja figur wanita ideal sepanjang masa ada pada Aisyah binti Abu Bakar Ash Siddiq. Ia telah membuktikan bahwa seorang wanita lebih pintar dari kaum laki-laki dalam urusan politik dan perang. Berkumpullah pada diri beliau antara ilmu dan keutamaan yang mana sejarah menjadikan beliau obat yang sangat dibutuhkan sepanjang masa. Dalam kehidupan rumah tangganya ‘Aisyah menjadi guru bagi setiap wanita di seluruh alam sepanjang sejarah. Beliau merupakan istri terbaik yang memperhatikan ilmu dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, sehingga beliau sampai pada puncak ilmu yang menjadikan beliau guru bagi kaum lali-laki. Dan mereka menjadikan beliau rujukan dalam hal hadits, sunnah dan fiqih. Az-Zuhri berkata, “Seandainya ilmu ‘Aisyah dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu ‘Aisyah lebih utama”.


Hisyam bin Urwah menceritakan dari ayahnya yang berkata, “Sungguh aku telah bertemu dengan ‘Aisyah, maka aku tidak mendapatkan seorangpun yang lebih pintar darinya tentang Al-Qur’an, hal-hal yang fardhu, sunnah, syar’I, yang paling banyak meriwayatkan, sejarah arab, ilmu nasab, ilmu ini, ilmu itu dan ilmu kesehatan (kedokteran), maka aku bertanya kepada beliau, “Wahai bibi… kepada siapa anda belajar tentang ilmu kedokteran?” maka beliau menjawab, “Tatkala aku sakit, maka aku perhatikan gejala-gejalanya, tatkala ada orang sakit dia menyebutkan gejala-gejalanya, dan aku mendengar dari orang-orang menceritakan perihal sakitnya, kemudian aku menghafalnya.”

Sungguh telah banyak terdapat teladan tentang sosok muslimah yang hakiki, yang bermuara pada keniscayaan bagi tiap dari mereka untuk menjadi manusia yang berdaya, stand on their own feet, namun tetap menjalankan peran kewanitaan mereka sebagaimana seharusnya karena pada tiap laki-laki hebat terdapat seeorang wanita yang hebat di belakangnya. So, menjadi sosok hebat dalam tuntunan Islam adalah satu-satunya pilihan untuk bangkit dari keterpurukan dan ketidakberdayaan umat di tengah-tengah hiruk-pikuk dunia saat ini. Dan tentu, sosok Muslimah yang diperankan Titi Kamal, atau sosok Inayah yang diperankan Shandy Aulia dalam sinetron-sinetron ‘Islami’ tersebut, sama sekali tidak masuk hitungan!

2 komentar:

  1. kalo dirumah ibu saya nonton sinetron-sinetron itu, saya pasti recokin beliau dengan segala kritikan dan caci maki pada sinetron-sinetron tersebut. karena saya eneg dengan sinetron aneh dan ajaib itu. tapi heran, deh, ibu saya kok enggak, ya. salam kenal, mbak.

    BalasHapus
  2. karenanya sintetron2 'sampah' tetap eksis, krn pangsa pasarnya selalu ada :) jadi kaya siklus.solusinya sbnrnya kita hrs bikin tandingan tayangan2 yg lbh cerdas,tp masalahnya tayangan2 bagus&'moral-friendly' jstru banyak ga laku.ada sih yg laku dari segi komersil sklgus bagus dr kualitas,kaya film kiamat sudah dekat-nya dedy mizwar itu misalnya.mengemas tayangan brmutu ini biar pacakgingnya mnarik memang hrs diagendakan para sineas kita.thanks ya ika..

    BalasHapus

any ideas to share?