Kamis, April 16, 2009

Facebook: Kontraproduktif?

Guys, banyak memang yang berpendapat bahwa friendster, myspace, facebook, twilight, blogging, chatting, dan aktivitas-aktivitas serupa lainnya adalah wasting time, alias kontraproduktif. Karena hal tersebut pula, banyak perusahaan yang lantas memilih untuk memblokir alamat situs-situs tersebut untuk menghindari para karyawannya menghabiskan banyak waktu kerjanya untuk hal-hal seperti itu.

Nyatanya memenag banyak orang addicted to Facebook. Facebook berhasil memasuki ranking tiga situs yang paling banyak dikunjungi, menggeser senior dunia jejaring social: Friendster. Tidak hanya dimanfaatkan sebagai media silaturahmi dan mencari teman, Facebook digunakan untuk beriklan serta berkampanye. Obama adalah Presiden pertama yang memanfaatkan Facebook untuk kampanye via internet, dan kini banyak pengekornya.

Namun ada hal-hal yang sebaiknya kita pertimbangkan dalam ber-Facebook:

1. Terbuangnya waktu. Facebooker sulit terlepas dari PC, laptop, HP, dan gadget lain untuk mengakses Facebook. Rata-rata Facebook user mengatakan bahwa akun pertama yang mereka buka saat terhubung dengan internet adalah situs Facebook dan mereka bisa membuka Facebook lebih dari 3 kali sehari! Solusi: komitlah untuk mulai mengakses situs-situs ‘hiburan’ seperti ini hanya pada waktu break, jeda ditengah-tengah pekerjaan, atau menjelang waktu balik. Karena perusahaan/negara membayar atas pekerjaan yang kita lakukan, tuntaskanlah job terlebih dulu untuk membuat gaji kita halal ;)

2. Potensial untuk menjadi masalah bagi kehidupan real. Pertama, masalah bagi yang telah berumahtangga. Disinyalir jumlah perselingkuhan dan perceraian meningkat seiring dengan maraknya Facebook. Kedua, masalah pekerjaan. Tidak hanya karena terbuangnya waktu produktif pada office hours, melainkan kebiasaan pengguna Facebook untuk curhat banyak hal termasuk masalah pekerjaan yang melanggar etika dan rahasia perusahaan. Tampilan Facebook adalah seperti mading yang terus update dan dapat dilihat oleh banyak orang, termasuk rekan kerja dan boss. Contoh kasus menimpa Kimberley Swan -pekerja Ivell Marketing dan Logistics Limited di Clacton Inggris yang merasa bosan dengan pekerjaannya sebagai bagian administrasi dan keluhannya di Facebook diketahui pimpinannya yang berlanjut dengan pemecatan. Konyol ya, dipecat gara-gara Facebook? Solusi: Jangan terlalu mengekspos hal yang ‘risky’ di facebook.

3. Mind your uploaded photos. Banyak banget artis yang diberitakan ke-gap dengan beredarnya foto-foto pribadi melalui facebook, yang terbaru foto Sheza Idris dan adik Acha. Seorang teman rumahtangganya nyaris berantakan karena suaminya melihat foto-fotonya tengah berkarokean dengan teman laki-laki. Ada lagi masalah dengan tidak berkenannya teman-teman yang di-tag dalam foto tanpa sepersetujuannya, terutama untuk foto-foto ‘tidak aman’, pribadi, dan foto ‘jadul’ di masa lalu yang diposting lagi. Ada beberapa teman berjilbab yang keberatan jika foto lamanya yang belum berjilbab dipublish lagi. Solusi: Ga masalah memajang foto hasil narsis diri sendiri to have fun, tapi setidaknya batasi untuk foto-foto yang ‘tidak aman’.

4. Beri informasi yang bersifat umum saja. Privacy is damn private. Yang lebih gaswat sebenarnya adalah kemungkinan hacker untuk mencuri identitas pribadi pengguna Facebook. Istilah kerennya impersonation: pencurian data diri untuk kemudian digunakan untuk berbagai keperluan yang dapat merugikan si pemilik identitas asli. Tindakan yang masuk kategori kejahatan ini biasanya si pelaku berpura-pura sebagai si pemilik identitas untuk mendapatkan informasi rahasia si pemilik identitas asli atau untuk meakukan klaim kepemilikan sesuatu yang sebetulnya bukan haknya. Solusi: be wise in informing no telp/handphone, alamat rumah/kantor bahkan foto. Hal-hal yang terlihat sepele ini bagi bagi orang yang berniat jahat merupakan aset yang berharga.

5. Ingatlah bahwa cara kita berFacebook mencerminkan orang seperti apa kita. Jika tiap 15 menit kita update profil dengan berita-berita nggak penting seperti, “Wah, mau hujan nih..”, “Ngantuk deh..”, atau “Ugh, sebeeeel! Bete beraaat. Gara-garanya…” dan seterusnya, maka orang yang seksama bisa menangkap kesan negatif tentang kita mulai dari nggak ada kerjaan, nggak produktif, tukang ngeluh, negative thinking, sampe annoying. Apa yang kita pikirkan mencerminkan diri kita. Jika kita memikirkan hal-hal remeh-temeh dan nggak penting, bagaimana orang bisa melihat kita penting? Lagipula sungguh deh, membacai status update nggak penting begitu sering terasa annoying.. Solusi: Tahan diri untuk tidak terlalu gampang memberi ‘pengumuman’ nggak penting di ‘mading’ yang dipajang di seluruh dunia itu..

Dengan mengkilas balik sisi-sisi negatif Facebook diatas, pertanyaannya adalah: is Facebook worth it? Jawabannya sangat tergantung pada bagaimana cara kita memanfaatkan Facebook. Walaubagaimanapun banyak hal positif yang ditawarkannya. Bahkan, berseberangan dengan banyak pendapat yang mengatakan tentang kontraproduktifnya Facebook, seorang analis peneliti pasar dari Aberdeen Group, Kevin Martin justru memprediksi bakal ada ratusan perusahaan di seluruh dunia yang lambat laun akan mulai memberdayakan situs jejaring sosial karena teknologi situs jejaring sosial dinilai telah menjadi hal penting dalam dunia pekerjaan karena memungkinkan orang-orang untuk saling berkolaborasi, belajar, dan berbagi info dari berbagai belahan dunia. Ini merujuk pada sebuah hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas karyawan menyukseskan proyek pekerjaan mereka dengan berbagai kolega dari kantor lain yang memiliki jarak berjauhan, juga memangkas biaya pengiriman email dan SMS antar karyawan yang tak perlu.

Saya sendiri berpikir, jika kita maksimalkan pemanfaatan Facebook untuk hal-hal positif, penting, dan relevan dengan pengembangan diri, maka Facebook membawa nilai plus bagi kita. Yang kedua adalah, bisa dikatakan seseorang yang tergabung pada situs jejaring sosial ini menjadi sosok yang accessible, ‘eksis’ dan go public (bahasa anak mudanya: gaul) dan ini penting untuk social life dan network building. Inilah cara mudah untuk menjadi familiar. Entah berada di belahan dunia manapun, tetap keep in touch dengan banyak teman dan rekan melalui Facebook adalah a piece of cake. Dan yang ketiga: adalah tantangan untuk memanfaatkan teknologi ini untuk making progress, apapun bentuknya. Bagi mereka yang berkecimpung di dunia bisnis and trade, ini media promosi gratis yang efektif. Pun bagi mereka dengan pekerjaan yang membutuhkan intensitas go public yang tinggi seperti penulis, selebritis, anggota legislatif hinga para pejabat. Seperti yang kita tahu, pada musim kampanye lalu, ada makin banyak para caleg yang tampil di Facebook, selain menggunakan website pribadi.

Guys, be wise in dealing with IT, including Facebook.


2 komentar:

  1. prestise baru toh pada akhirnya..
    cara kedua penghabisan waktu setelah ke mall..
    gak ada yang lebih baik, kecuali kembali ke niat..
    bismillahirrohmanirrohim..

    BalasHapus
  2. yeah. yg pertama adalah WHAT (apa tujuan/niat kita), & HOW (bgmna kt melakukannya)..

    BalasHapus

any ideas to share?