Senin, April 06, 2009

At Least, Bereskan yang Ini Dulu!


“Pliz deh, pake styrofoam lagi…”, aku termangu melihat hasil bungkusan mie goreng yang aku pesan dari sebuah rumah makan, minggu (5/4). Susah ya, hari gini jadi konsumen? Beli gorengan panas-panas, dibungkusan kantong kresek. Beli mie goreng atau mie ayam, dipakein styrofoam. Apa biar aman memang harus bawa-bawa kotak makanan dari rumah? Repot amat!

Tapi nyatanya hidup di jaman sekarang memang tidak ada yang tidak repot. Seperti halnya maraknya penggunaan styrofoam, plastik hingga dan kantong kresek untuk membungkus makanan karena dianggap praktis, murah dan bisa dipakai ulang. Padahal, efeknya bagi kesehatan sangat berbahaya. Pada styrofoam, plastik dan kantong kresek terdapat kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan bisa memicu kanker.

Kita sering membeli bakso panas-panas, dan dibungkus dengan kantong kresek tanpa sadar bahwa banyak kandungan berbahaya dari kantong tersebut bisa mengontaminasi makanan, karena bila terkena suhu tinggi, pigmen warna kantong plastik akan bermigrasi ke makanan. Belum lagi, plastik memiliki bahan pewarna yang biasanya nonfood grade. Bahkan, plastik yang tidak berwarna juga justru harus dicurigai memiliki kandungan zat kimia yang berbahaya. Semakin bening plastiknya, semakin sering terdapat kandungan zat kimia yang tidak aman bagi kesehatan.

Harusnya, pemakaian styrofoam dan plastik sudah diminimalisir oleh para penjual apapun karena selain membayakan kesehatan, juga jelas tidak ramah lingkungan. Seperti yang Dee katakan dalam posting Harta Karun yang Tak Ternilai, orang gila mana yang mencipta sesuatu yang tak musnah ratusan tahun tapi masa penggunaannya hanya dalam skala jam—bahkan detik? Bungkus permen yang hanya bertahan sepuluh detik di tangan, lalu masuk tong sampah, ditimbun di tanah dan baru hancur setelah si pemakan permen menjadi fosil.

Saat ini, mereka yang peduli bahwa ditangan merekalah wajah dunia akan terpahat –termasuk akan menjadi seperti apa lingkungan tempat mereka bermukim- bahkan telah banyak yang memutuskan untuk tidak menerima kantong kresek untuk belanjaan mereka, melainkan membawa kantong belanja sendiri dari rumah, atau malah serta-merta memasukkannya kedalam tas yang mereka siapkan untuk itu. Seems insignificant, huh? Already forgot the fact that we won’t be that BIG if we underestimate SMALL things?

Let’s see. Okelah kita telah belajar tentang cara mengelola sampah, bahwa

sebaiknya kita memisahkan sampah organik dan nonorganik yang lebih sulit terurai. Okelah kita juga telah tahu prosedur ‘nyampah’ yang beradab:

1. Reduce

Mengurangi bahan apapun yang kita pakai dalam aktivitas sehari-hari (baca: ekstra hemat meskipun yang dipakai itu harta negara/perusahaan), mulai dari memakai kertas bolak-balik, termasuk saat memfotokopi

2. Re-use

Memakai ulang barang2 yg bisa dipakai lagi dan menghindari barang2 disposable (sekali pakai buang), misalnya: mengganti tisu dengan saputangan, atau pembalut wanita dengan tampon (woadoh, yang ini nggak deh), meminimalisir pemakaian popok disposable pada bayi. Plastik sebaiknya juga dipakai ulang, dan ditekan sebisa mungkin penggunaannya. Jadi bagi yang lebih suka bawa-bawa clutch saat jalan-jalan, mungkin ada baiknya mulai berpikir untuk memfavoritkan tas-tas besar (semacam doctor’s bag atau backpack kali ye) untuk mengakomodir kapasitas belanjaan yang banyak.

3. Recycle

Mendaur ulang barang2 yg sudah tidak berguna utk dimanfaatkan lagi. Karena keahlian kita satu-satunya hanyalah mendaur ulang kekasih atau suami (biar tetap ganteng dan segar digandeng setiap hari meskipun usia makin tuir), maka serahkan urusan recycling ini lewat perpanjangan tangan pemulung. Kalo perlu pisahkan sampah non organik yg ‘berharga’ yg sekiranya dapat dijual lagi oleh pemulung.

4. Replace

Menggantikan barang-barang yg tdk ramah lingkungan dengan yg lebih ramah lingkungan. Misalnya: menggunakan produk2 biodegradabel untuk sabun dan sampo. Hindarilah kosmetik yang banyak tidak ramah lingkungan itu, mulai dari hair spray hingga cat rambut..

Namun terlepas dari pengelolaan sampah diatas, sebenarnya perilaku ‘nyampah’ kita seringkali masih jauh dari beradab. Kadang-kadang masih ada aja yang merasa ‘berhak’ membuang bungkus permen dari balik jendela boilnya yang mentereng karena merasa nggak ada jatah tempat di mobilnya buat sampah yang di’hasil’kannya sendiri. Luar biasa ya?

Bagaimanapun, sampah adalah produk aktivitas. Semakin banyak aktivitas seseorang, cenderung semakin banyak pula sampah yang ia hasilkan. Dan hukum yang juga berlaku adalah: kuantitas sampah akan semakin menggunung berbanding lurus dengan meningkatnya populasi manusia di muka bumi. Dan jika kapasitas kita masih jauh untuk bisa mengelola persoalan sampah ini, maka satu-satunya pesan berharga adalah: MIND YOUR OWN GARBAGE! Udah nggak ada cerita ya, tahun 2009 masih merasa nggak level menyimpan bungkus makanan kedalam tas sebelum ketemu tong sampah.

Para ‘komunitas hijau’ telah banyak sekali membuat action penting terkait dengan kepeduliannya terhadap lingkungan, mulai dari membuat sumur resapan/reservoir untuk memanfaatkan air hujan, mengolah sampah organik, menjadi vegetarian (Ohh, apa kabar chicken teriyaki dan ayam bakar Mas Tarjo ya?), hingga memilih untuk memakai mobil hibrida yang selangit harganya itu demi mengurangi dampak polusi, maka janganlah surut langkah ke belakang dan berpikir bahwa nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuat wajah lingkungan kita lebih baik.

At least friends, bereskan dulu hal-hal kecil berikut!

1. Save energy dengan switch off semua komputer, lampu dan AC saat lunch break. Ga usah di stand-by.

2. Jangan tinggalkan kamar dalam keadaan lampu, TV dan AC menyala

3. Hemat air (meskipun seumur hidup tinggal di kompleks yang serba nggak ada yang bayar, ya listrik, ya air… ) terkait dengan isu mengkhawatirkan tentang ketersediaan sumber air bersih. Para ahli bidang hidrologi dan konservasi telah meramalkan sisa cadangan air bersih ini. 97% air di dunia ini terdapat di samudra- yang jelas tidak bisa diminum. Sisanya terbagi dalam cadangan air berupa air danau, air sungai, air dalam bentuk beku (gletser) di kutub sedangkan cadangan sumber air bersih di dunia hanya kurang dari 1 %! GLEKKK! Pada saatnya, yang akan diperebutkan manusia bukan lagi black gold alias minyak bumi melainkan “BLUE GOLD" alias AIR. Nggak penting banget kan perang memperebutkan air bersih? Jadi:

a. Nyiram bunga pake air sisa cucian

b. ‘Haram’ untuk punya keran bocor

c. Cuci piring pake baskom, jangan langsung di keran, begitu juga cuci baju

d. Mandi pake shower akan lebih mengirit air ketimbang pake gayung apalagi nyebur di bath tub

4. Hemat konsumsi BBM pribadi! Buat yang pake mobil, pilih yang CC-nya rendah. Lebih bagus lagi kalo bisa numpang ke temen yang laen ;)

5. Tanam banyak tanaman di halaman rumah, jangan di pot.

6. Minimalisir penggunaan plastik, kantong kresek & styrofoam.

7. Bawa kantong belanja dari rumah

Ada ide tambahan? Yang paling penting, jangan berhenti dalam tataran wacana, melainkan ejawantahkan dalam bentuk action! Deal, sob?

2 komentar:

  1. bagusss bangeett..
    kutunggu joinnan nya..
    c'mon sis, kapan kita sama sama mengaplikasikannya, tidak sekedar kata kata, cz jauh lebih bijak jika kita sama sama melakukannya. Mulai dari diri sendiri, keluarga, tetangga, teruuuss..

    BalasHapus
  2. mulailah dari yang paling gampang.. tp jangan mentok dengan hanya yg gampang2..

    BalasHapus

any ideas to share?