Rabu, Juli 07, 2010

Saat Teknologi itu Membuat Kita Kehilangan Esensi

I just wonder, how great the impacts of gadgets in such modern life :)

Dalam sebuah rapat penting dgn pejabat eselon II di kantor, hampir tiap lima menit dering ringtone bergantian memecah kesunyian. Sepertinya ga ada yg berminat mengaktifkan modus getar bahkan untuk rapat yang perlu suasana tenang. Ada sebuah penelitian menyebutkan, rapat merupakan pemborosan waktu tertinggi di lingkungan kantor. Jika ditambah dengan embel-embel rapat yang tidak efektif karena terlalu banyak disturbance, bisa dibayangkan betapa lebih sia-sianya.

Saat hanging out dengan seorang kawan lama, kami ngobrol dengan amat seru karena memang sudah lama tak bertemu. Namun ‘reuni’ yang fun itu ternyata berulangkali mesti diinterupsi juga dengan masing-masing ber-SMS-an dengan entah siapa saja yang kadang menghabiskan banyak waktu lengang seketika.

Sekelompok remaja tanggung tengah makan bareng di sebuah cafe. Namun keseruan mereka hanya pada sepuluh menit pertama, lalu mereka malah tampak asyik dengan BB-nya masing-masing. Mereka hanya sesekali tampak ber –ah-uh-ah-uh untuk kemudian kemabli menekuri layar BB dan sesekali cekikikan.

Tempo hari saat menghadiri resepsi pernikahan sepupu, saat para tamu bergantian menunggu giliran untuk foto kenangan, si mempelai pria terlihat serius memandangi HP-nya, mungkin membaca SMS, yang ternyata sedari tadi ia kantungi dalam saku beskap indah yang dikenakannya pada hari itu. Bayangkan. Bahkan saat menikahpun [ia melangsungkan akad nikah dan resepsi pada hari yang sama], seseorang merasa tetap perlu keep in touch dengan HP-nya, melayani orang-orang yang muncul via SMS, padahal ratusan orang hadir secara fisik pada acara tersebut.

Kita menghabiskan banyak waktu untuk chatting, namun kadang malas untuk silaturahmi dengan saudara-saudara di dunia nyata [kadang merasa cukup memperhatikan papa mama kita yang sudah tinggal terpisah hanya dengan mengirim SMS, bukan mengunjunginya dengan membawa martabak kesukaannya misalnya]. Anak-anak sudah tidak kenal main petak umpet dan bintang tujuh karena game online jauh lebih menarik, meski itu tidak melatih psikomotor kasar mereka dan tidak membuat mereka cukup punya social life. Suami istri menonton berita di TV berjam-jam, dan hanya sebentar saja ngobrol sebelum tidur. TV memang ‘berhala’ di rumah banyak keluarga. Bukannya ngobrol panjang lebar dengan anak, para orangtua yang kecapean pulang kerumah malah nonton TV sambil ketiduran. Sibuk membahas kericuhan politik negara tapi lupa membahas apa yang terjadi hari ini di sekolah anaknya.

Kenapa tidak kita matikan untuk sementara segala perangkat itu, dan mulai benar-benar berbicara? :)

Bukankah gadget, just mention it technology, diciptakan to simplify life, bukannya untuk membuat kita kehilangan esensi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

any ideas to share?