Senin, Mei 24, 2010

Seeing Beauty through Children's Eyes :)



U know this fact: buat anak kecil, semuanya menakjubkan.

Justru pas gedean dikit, mereka keliangan ketakjubannya karena ketularan kita-kita yg gede, yang keilangan sense untuk ngeliat hal-hal yang terjadi dengan rasa takjub. Ini gw perhatiin banget di diri keponakan gw yg gw curigai mengidap hiperaktif menjurus ADHD karena kebiasaannya melakukan hal-hal luar binasa yang tak terpikir otak manusia dewasa [yg waras].

Tiap kali diajak jalan-jalan, si Tito ini selalu tereak-tereak tiap kali ngeliat aneka kendaraan berseliweran terutama jenis TRUK.

Kaya kesetanan si Tito bakal nereakin kuping tiap orang: ”ABUUUUUMMMMM!”, dan tereakan ini harus diresponi dengan baik dan benar, ”Iya To, Abuuumm..”, dan ia baru akan menunjukkan muka puas dan bahagia jika diresponi dengan wajah penuh dukungan.

Tiap kali nyokap gw turun gunung, mau nyiram tanaman dan sejenisnya yg ga penting itu, si Tito ada di garda terdepan. Sambil menyetir mobil-mobilannya dengan kecepatan yang mengundang tilangan polisi, ia akan menjelajahi tiap sudut halaman, dan jika air dari selang mengenainya, ia akan berteriak-teriak kegirangan seolah anak gurun pasir yang ga ketemu aer selama berbulan-bulan, dan terus-menerus minta disirami sampe nyokap gw berteriak dengan muka depresi, “Tito kamu kan sudah mandi!”. FYI, keponakan gw itu jadwal mandinya bisa 7 kali sehari, nyaing-nyaingin puteri keraton.

Diajakin ke mol adalah surga Firdaus buat Tito, karena inilah kesempatan terbanyak untuk melihat hal-hal baru dan aneh yang ga ditemuinya di rumah. Disinilah ia akan sibuk menyapu lantai supermarket saat melihat sapu yang dipajang di rak, membawai banyak sekali makanan-makanan aneh [bahkan alat tulis yang dia pikir merupakan jenis makanan] untuk dimasukkan dalam trolley belanjaan, lalu dengan muka kaya balita imbisil ia akan melihat-lihat beragam jenis manusia yang berseliweran di kanan kirinya. Entah apa yang ada dalam pikirannya, mungkin ia berpikir: ‘Buseet, dari sekian banyak orang-orang di mol ini, kok ga ada satupun yg menyaingi kekecean Tanteku: Tante Anga ya? Bukan main memang Tante Anga..”. Ehehehe.

See.
Ga ada org dewasa kaya kita yang merasa takjub dengan seliweran kendaraan, apalagi mau buang-buang waktu untuk mengagumi sebuah TRUK. Beda dengan mata anak-anak yang menganggap kendaraan yang disebut truk itu sungguh sebuah maha karya jenius yang keren: bisa ngangkat batubara, bato koral, bahkan manusia-manusia dalam jumlah banyak.

Kita juga sudah lama kehilangan sensitivitas untuk melihat keindahan pada banyak hal, menganggap apapun yang ada memang hal biasa dan ‘sudah semestinya seperi itu’. Masih adakah dari kita yang menganggap hembusan angin di pagi hari itu sesuatu yang cool, dan sinar matahari yang menyerobot malu-malu di ufuk timur itu sebagai hal yang indah? Masih adakah kita yang menganggap bentuk kambing itu sebagai hal yang lucu, burung-burung merpati yang kerjanya terbang melulu itusebagai hal yang mengusik rasa ingin tau, bahkan kodok yang meloncat-loncat sebagai hal yang menggelikan? Kita kehilangan ketakjuban pada banyak hal. Dan kita menulari kacamata ini pada anak-anak hingga akhirnya merekapun kehilangan ketakjuban mereka yang alami.

“Kenapa sih Tante orang itu suka ketawa-ketawa sendiri?”, tanya seorang anak kecil pada kawan gw. Kawan gw itu menjawab dengan tangkas, setangkas Taufik Hidayat mengembalikan bola pada lawannya di lapangan bulutangkis: “Orang itu gila”.
“Gila itu apa Tante?”
“Gila itu ya begitu.. ketawa2 sendiri”.

Si anak mikir, lalu otak jeniusnya bekerja, “Ohh, jadi pas nonton TV kemaren Tante ketawa sendiri, berarti TANTE SEDANG GILA?”

gw ngakak dan berkata: ”Hati nurani anak2 yg polos itu memang sunguh cerdas, teman”. Teman gw itu melototi keponakannya dan melolong: ”ANTI! KAMU GA BOLEH NGOMONGIN TANTE GILA! GA SOPAN TAU!”
”Lho jadi gila itu apa Tante?”
”GA TAU! JANGAN NANYA2 LAGI!”

Hehehehe.
pertanyaan2 anak kecil yg penuh rasa ingin tau itupun terpangkas dengan sukacita dari ketidaksabaran kita meladeni mereka.

Padahal, it’s fun to see fabulous things everyday and see beauty through children’s eyes. Menghayati ketakjuban khas anak-anak sungguh merupakan obat anti-depresan yang baik. :)